Dago Tea House

Senin, 17 September 2012


Dago Tea House
Pernah ga kalian pergi ke tempat ini?? Pemandangannya bagus loh, ditambah udara yang sejuk membuat tempat ini banyak digemari para wisatawan dari luar kota contohnya Jakarta.
Kali ini mimin akan share mengenai sejarah awal tentang Dago Tea House selangkap-lengkapnya ..
Nih baca yaaaa.. semoga bermanfaat :)
Dago tea house atau taman budaya Jawa Barat dikelola oleh Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi Jawa Barat melalui Balai Pengelolaan Taman Budaya. Lokasinya berada di kawasan Bukit Dago utara Bandung yang berudara dingin dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Nama Dago Tea House atau Dago Tee Huizz sudah ada sejak zaman Belanda. Bangunan restoran ini berdiri dari ihwal kebiasaan noni dan menir Preangerplanters atau pekebun Priangan menikmati saat minum teh sambil bercengkrama bersama keluarganya, dan melihat pemandangan Kota Bandung dari ketinggian.

Para pembesar Belanda yang datang ke Dago Tea House juga bertujuan memilih teh-teh terbaik dari seluruh Priangan untuk dijadikan komoditas unggulan mereka. Lokasi Dago Tea House dirancang menghadap ke arah Gedung Sate di pusat Bandung, sedangkan sedikit ke arah kanan, pemandangan diarahkan ke Kompleks Hotel Savoy Homan. Di restoran kecil ini terdapat tempat bermain anak yang masih dipertahankan hingga kini. Sementara bangunan restorannya menjadi tempat teater terbuka dengan restorasi kafetaria “Boga Kuring” di sebelahnya.

Pada era kemerdekaan, pada tahun 1960an Presiden RI pertama Ir. Soekarno pernah niis(beristirahat) di Dago Tea House. Kemudian tradisi ini dilanjutkan  oleh Presiden RI kedua Soeharto, yang berkunjung ke sana setelah peringatan Konfersi Tingkat Tinggi Gerakan Nonblok (KTT Nonblok) pada tahun 1992. Waktu itu, Soeharto mengharapkan pembangunan gedung-gedung di bawah Dago Tea House tidak menghalangi pemandangan ke bawahnya. Sampai-sampai pepohonan pun disesuaikan tingginya oleh Pemerintah Jawa Barat. Sayangnya imbauan itu sudah tak berlaku lagi sekarang.

Dago Tea House difungsikan sebagai tempat pengolahan seni yang terdri atas bangunan teater tertutup dan ruang sekretariat, serta teater terbuka, kafetaria, sanggar tari dan gedung pameran. Awalnya, lahan yang digunakan seluas kurang lebih lima hektar itu adalah milik eorang pengusaha perkebuanan berkebangsaan Belanda yang dibeli oleh Departemen Perhubungan. Disana, sudah terdapat restoran Dago Tea House, Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran (FISIP Unpad), dan rumah Kolonel Angkatan Darat (Purn) Kosasih.

Lahan itu juga difungsikan oleh Departemen Perhubungan sebgai tempat bagi Sekolah Perhotelan yang pengelolanya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Taman Budaya Jawa Barat termasuk dalam rencana pembanguan Taman Budaya Tipe A di delapan Provinsi di prakasa Sanui Edia yang diusulkan kepada Asisten Wakil Presiden Bidang Kesra Wira Sutisna, karena lokasi yang lain tidak memungkinkan untuk digunakan. Hal ini ditindaklanjuti oleh kunjungan Wakil Presiden RI waktu itu, Umar Wirahadikusumah, ke lokasi dan meminta Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi  segara melaksanakan pembangunan.
Tahap pertama pembangunan dimulai pada tahun anggaran 1988-1989 dengan biaya dari APBN melalui Depdikbud sektor kebudayaan dan tahap kedua pada 1989-1990. Untuk meningkatkan kualitas dalam pekErjaan pembangunan, dibentuk Tim Pengendali dan Pengawas Pembangunan bernama Panitia Sembila.

Lokasi : Jalan Bukit Sekatan No.53 Keluarahn Dago, Kecamatan Coblong Kota Bandung
Berdiri : 21 April 1991
Luas : 5.5 ha (keseluruhan lahan)
Pengelola: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat
Failitas : Tempat pertunjukan, kafetaria, tempat permainan anak, sanggar tari dan gedung pameran. 

0 komentar:

Posting Komentar