Dago Tea House

Kali ini mimin akan share
mengenai sejarah awal tentang Dago Tea House selangkap-lengkapnya ..
Nih baca yaaaa.. semoga bermanfaat
:)
Dago tea house atau taman budaya
Jawa Barat dikelola oleh Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi Jawa Barat
melalui Balai Pengelolaan Taman Budaya. Lokasinya berada di kawasan Bukit Dago
utara Bandung yang berudara dingin dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas
permukaan laut. Nama Dago Tea House atau Dago Tee Huizz sudah ada sejak zaman
Belanda. Bangunan restoran ini berdiri dari ihwal kebiasaan noni dan menir
Preangerplanters atau pekebun Priangan menikmati saat minum teh sambil
bercengkrama bersama keluarganya, dan melihat pemandangan Kota Bandung dari
ketinggian.
Para pembesar Belanda yang datang
ke Dago Tea House juga bertujuan memilih teh-teh terbaik dari seluruh Priangan
untuk dijadikan komoditas unggulan mereka. Lokasi Dago Tea House dirancang
menghadap ke arah Gedung Sate di pusat Bandung, sedangkan sedikit ke arah
kanan, pemandangan diarahkan ke Kompleks Hotel Savoy Homan. Di restoran kecil
ini terdapat tempat bermain anak yang masih dipertahankan hingga kini. Sementara
bangunan restorannya menjadi tempat teater terbuka dengan restorasi kafetaria “Boga
Kuring” di sebelahnya.
Pada era kemerdekaan, pada tahun
1960an Presiden RI pertama Ir. Soekarno pernah niis(beristirahat) di Dago Tea
House. Kemudian tradisi ini dilanjutkan
oleh Presiden RI kedua Soeharto, yang berkunjung ke sana setelah peringatan
Konfersi Tingkat Tinggi Gerakan Nonblok (KTT Nonblok) pada tahun 1992. Waktu itu,
Soeharto mengharapkan pembangunan gedung-gedung di bawah Dago Tea House tidak
menghalangi pemandangan ke bawahnya. Sampai-sampai pepohonan pun disesuaikan
tingginya oleh Pemerintah Jawa Barat. Sayangnya imbauan itu sudah tak berlaku
lagi sekarang.
Dago Tea House difungsikan
sebagai tempat pengolahan seni yang terdri atas bangunan teater tertutup dan
ruang sekretariat, serta teater terbuka, kafetaria, sanggar tari dan gedung
pameran. Awalnya, lahan yang digunakan seluas kurang lebih lima hektar itu
adalah milik eorang pengusaha perkebuanan berkebangsaan Belanda yang dibeli
oleh Departemen Perhubungan. Disana, sudah terdapat restoran Dago Tea House,
Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran (FISIP
Unpad), dan rumah Kolonel Angkatan Darat (Purn) Kosasih.
Lahan itu juga difungsikan oleh
Departemen Perhubungan sebgai tempat bagi Sekolah Perhotelan yang pengelolanya
diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Taman Budaya
Jawa Barat termasuk dalam rencana pembanguan Taman Budaya Tipe A di delapan Provinsi
di prakasa Sanui Edia yang diusulkan kepada Asisten Wakil Presiden Bidang Kesra
Wira Sutisna, karena lokasi yang lain tidak memungkinkan untuk digunakan. Hal ini
ditindaklanjuti oleh kunjungan Wakil Presiden RI waktu itu, Umar
Wirahadikusumah, ke lokasi dan meminta Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi segara melaksanakan pembangunan.
Tahap pertama pembangunan dimulai
pada tahun anggaran 1988-1989 dengan biaya dari APBN melalui Depdikbud sektor
kebudayaan dan tahap kedua pada 1989-1990. Untuk meningkatkan kualitas dalam
pekErjaan pembangunan, dibentuk Tim Pengendali dan Pengawas Pembangunan bernama
Panitia Sembila.
Lokasi : Jalan Bukit Sekatan
No.53 Keluarahn Dago, Kecamatan Coblong Kota Bandung
Berdiri : 21 April 1991
Luas : 5.5 ha (keseluruhan lahan)
Pengelola: Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Jawa Barat
Failitas : Tempat pertunjukan,
kafetaria, tempat permainan anak, sanggar tari dan gedung pameran.
0 komentar:
Posting Komentar